Tuesday, November 22, 2005

Keabstrakan Rasa…

Hey kamu, slamat datang… sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Ternyata kamu masih mau datang juga, padahal rasanya hati ini sudah lama tertutup untuk kamu...

Setelah lama berputar-putar, akhirnya sampai juga pada persimpangan yang paling kutakuti selama ini… dimana ada keharusan untuk memilih, jalan mana yang harus aku lalui. Jalan-jalan itu sama saja, tidak terlihat ujungnya. Gelap, suram, menuju pada yang tidak diketahui…
Apa yang harus kulakukan? Jalan mana yang harus kuambil? Aku harus cepat sampai ke sana, aku lelah. Ah, tapi mengapa sudah sejauh ini ternyata ada persimpangan lagnat ini.

Senang, suka, senang, suka, senang, suka, senang suka… YANG MANA? Ah, apakah ini hanya sekedar euphoria? Euphoria kesiangan… dimana ternyata rasa itu sudah tidak ada lagi di tempatnya yang semula. Sudah pergikah? Rasanya belum, mungkin hanya berpindah, tapi kemana? Bergeser mungkin… seberapa jauh? Yang jelas sih tidak jauh. Rasanya sih tidak jauh. Mungkin tidak jauh…

“Halo, sepertinya kamu sedang susah. Apakah kamu tidak tahu jalan mana yang akan kamu tempuh?” tiba-tiba seorang berkata.
“Ya, aku tidak tahu harus kemana… Aku lelah, aku ingin beristirahat…”
“Aku juga tidak tahu, tapi maukah kamu berjalan bersama saya? Mungkin kita akan menemukan akhirnya bersama-sama…”
Aku terdiam… ingin kusambut uluran tangannya, uluran tangan dari seorang yang sangat tidak asing bagiku itu.
Dia tersenyum, tetap mengulurkan tangannya, menanti…
“Tolong, jangan tinggalkan aku…” akhirnya aku mendengar suaraku sendiri berkata. Aku bergerak ke arahnya, menyambut uluran tangannya. Dia mendekapku erat, nyaman…

Dan, dimulailah perjalanan itu…

Hey kamu, slamat datang… sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Ternyata kamu masih mau datang juga, padahal rasanya hati ini sudah lama tertutup untuk kamu...

“Sepertinya aku lelah… maukah kamu melanjutkan perjalanan ini tanpaku?” kataku.
“Baiklah, aku akan terus berjalan sampai akhir. Maukah kamu menungguku? Mungkin aku akan kembali untuk memberitahumu dimana akhirnya. Dan mungkin selama itu kamu sudah tidak lelah lagi, kita akan berjalan lagi, ke arah yang lebih pasti?”
Aku terdiam, dan tiba-tiba mendapati diriku tersenyum… “Tidak usah, kamu bisa menggendongku kan?”
“Tentu…”

It’s just a beginning, it’s not the end… Things will never be the same again…

OH, WAKE UP BITCH!!!! DO YOU EVER RECOGNIZE A LITTLE THING CALLED REALITY??

3 Comments:

At 10:01 AM, Anonymous Anonymous said...

realit apa nggak ya tu cerita?

tapi klo ada orang yang mau dengan senang hati memberi uluran tangannya pasti mantap punya apalagi klo mau nggendongin lo.hehehe

enak tau klo ada yangbisa nggendongin dan membiarkan lo dipangkuannya untuk melewati masalah lo.

 
At 3:03 AM, Anonymous Anonymous said...

keabstrakan yang menggambarkan realitas.......

things will never be the same again

sesuatu yang akan terus ada dan tidak pernah hilang cm "perubahan"

so, let's face that changes

peace n out
GBU

 
At 5:55 AM, Anonymous Anonymous said...

ini Au apa Aung?? (agung maksudnya hauhauhauahuhua)

ohh ini toh tulisan yg meng-Great??
cieh auu..... ketularan anak es em pe.. semoga status barunya anak es em pe bisa nular ke elo juga yah..

bertindak. buat perubahan. dan jalani itu. kenyataan tidak selamanya menyakitkan dan kejam. terkadang kita yang menolak untuk menjalani kenyataan yang sepertinya terlalu indah.. padahal kita deserve menerimanya..

 

Post a Comment

<< Home